Ku berjalan dengan gontai tanpa arah dan tujuan,
pikiranku melayang entah kemana. Dan akhirnya semua terlihat gelap dan aku tak
tahu apa yang terjadi.
Aku kembali membuka mataku, terlihat dengan samar
sesosok wanita paruh baya membelai kepalaku.
“Danisa, kamu udah sadar?” kataNya dengan lembut.
“Iya, ummi nyariin kamu kemana-mana.” Kata Ummi
dengan khawatir.
Aku tak bisa lagi berkata apa-apa, aku hanya bisa menangis
terisak di pelukan ummi. Teringat kejadian kemarin yang membuatku sangat
terpukul.
“Ummi tahu perasaanmu nak, tapi ini sudah merupakan
takdir.”
“Tap tapii, kenapaa harus cerai sih?” tanyaku penuh
isak.
“Suatu saat, kamu pasti akan tahu, dan tuhan
memberikan apapun untuk kebaikan umatnya."
Teringat kejadian itu dikepalaku, semua yang terjadi
dalam hidupku. Marah, sedih, kecewa tidak terhingga ketika hal itu teringat
lagi. Sudah sekian tahun lamanya, aku tidak bertemu dengan abi dan denis lagi.
Dan itu semua karna ummi, kenapa dulu ummi meninggalkan abi dan denis? Kenapa ummi
hanya diam dan pergi membawaku dan kak Icha pindah? Aku sangat membenci ummi.
Sekarang aku hidup bersama ummi di kota malang yang hampa ini. Tak ada lagi
nasehat abi yang sering beliau berikan, tak ada lagi canda dan tawa yang sering
ku lakukan bersama denis, adikku satu-satunya dan aku kangen sekali dengan keakraban
kami berlima.
‘Arggghhh, ngapain aku mikirin ini lagi? Bikin
pusing aja’ pikirku dalam hati.
Ku tinggalkan buku harianku di atas meja dan pergi
keluar kamar.
“Sa, mau kemana kamu?” kata kak icha memberhentikan
langkahku.
“Mau pergi” jawabku sebal.
“Yyee, di tanyain baik-baik malah judes. Jangan
maen, tadi ummi pesen kita suruh dirumah sa.”
“Whatever”
Aku berlari meninggalkan kak icha yang teriak-teriak
memanggilku, kini aku sudah tidak perduli dengan rumah. Berada dirumah hanya
membuatku tambah frustasi.
Ku ambil kunci motorku dan menuju ke rumah Rasti
sahabatku. Sesampainya disana, terlihat Yola, Fandi, Rezky dan Rasti sedang
asyik mengobrol.
“Woiyy,, baru dateng lu?” Tanya Fandi sembari
menghisap rokoknya.
“Iya, pusing dirumah” jawabku dengan malas.
“Eh sa, gue jadi tindik lidah nih.” Sambung Yola
sembari memamerkan tindik barunya.
“Gila lo, kalo ketahuan guru gimana yol?” kebiasaan
buruk teman-temanku adalah mentato, merokok dan menindik anggota tubuh mereka.
Aku tahu ummi melarangku untuk berteman dengan mereka, tapi aku tidak perduli.
Aku malas mendengar kata-kata ummi lagi.
“Ah, biarin sa. Gue nggak perduli, kalo di .D.O. juga
gue siap kok!” kata yola lantang.
“Hahaha, minta rokok nggak sa?” Tanya Risky yang
dari tadi sibuk ngerokok.
Tiba-tiba, terdengar bunyi handphoneku bordering.
Terlihat ummi memanggil. Dengan malas, ku angkat telpon dari ummi.
“Yaaa????” tanyaku malas
“Assalamuallaikum danisa” sapa uumi lembut.
“Apa??”
“Kamu kemana sayang? Ummi kan bilang jangan main.”
“Arghh, males aku dirumah yang membosankan itu!”
“Udah ayo pulang,, kak icha ngajak jalan-jalan. Kamu
ikut ya?”
“Ogah, udah sih mi. Kalo mau jalan-jalan sama kak
icha aja!”
“Ayo nak, pulang. Ummi nggak suka kamu maen sama
mereka”
“Nggak mau ya nggak mau!” kataku segera menutup
telpon dari umi. Berkali-kali ummi menelpon lagi, tapi aku tidak menggubrisnya.
Terlihat jam menunjukkan pukul 21.00, aku mengendap-endap
menuju kamar. Ada uumi dan kak icha duduk di kursi kamarku.
“Sa, kamu dari mana sih?? Jam segini baru pulang!
Nggak kasihan ummi apa?” Tanya kak icha marah.
“Menurut lo, dari mana???” kataku santai.
“Nggak sopan ya kamu tuh!!”
“Udah udah,. Danisa!! Kamu dari mana aja kamu?”
Tanya ummi.
“Maen sama yola”
“Kenapa kamu nggak pernah nurutin ummi sih? Mereka
itu bukan teman yang baik buat kamu sa. Ummi nggak suka kamu main sama mereka” kata
ummi dengan suara yang agak serak.
“Ahh, terserah apa kata ummi!” kataku agak
membentak. Sejujurnya aku tak tega, aku tahu aku sudah keterlaluan. Tapi, sakit
hatiku nggak bisa terpungkiri.
^_^
Pagi yang cerah, seperti biasa aku mengawali hariku
untuk sekolah. Dengan cepat aku mempersiapkan diri untuk sekolah. Terlihat ummi
sedang mempersiapkan sarapan dimeja makan.
“Sa, gue mau ngomong” teriak kak Icha yang sedang
menggambil tas sekolahnya.
“Ngomong apaan?” tanyaku cuek.
“Udah, sini bentar kenapa sih?”
“Iye iye” kataku menghampiri kak Icha di kamarnya.
“2 minggu lagi ummi ulang tahun, kasih kejutan buat
ummi.”
“Oh” aku tahu, tanggal 5 Mei memang hari ulang
tahun ummi. Aku ingin sekali memberikan hadiah buat ummi, tapi aku malu. Aku
malu sama kelakuanku. Ummi dan kak Icha bilang, semenjak pindah sifat dan
sikapku berubah total. Ya memang benar, aku terlalu kecewa dan frustasi. Aku
ingin kayak dulu lagi, tapi menurutku itu mustahil. Aku capek dengan hidupku
saat ini, hampa. Nggak ada lagi abi, nggak ada lagi denis dan keharmonisan
keluarga. Aku teringat akan kejadian sebelum ummi dan abi bercerai.
Sabtu, 4 Mei 2001.
Aku berjalan menuju gerbang sekolah, melihat kanan
dan kiri memastikan abi menjemputku. Dan tak beberapa lama sedan warne hitam
berplat nomor AB sudah didepan mata.
“Ayo masuk mbak” kata Denis adik lelakiku yang
berumur 5 tahun.
“Iya den den” kataku sembari masuk ke dalam mobil.
“Abi, kita mau
kemana?” tanyaku pada abi.
“Mau jemput kak icha dulu terus kita beli kado buat
ummi” kta abi tersenyum.
“Oh iya ya, besok kan ummi ulang tahun bi. Beli kue
tart aja bi, sama beli kerudung”
“Iya ntar kita lihat-lihat dulu ya?”
“Bi, beli robot-robotan buat ummi aja. Ntar kan aku
bisa pinjem sekalian.” Sambung denis dengan lugu.
“Itu mah kamu den, emang ummi kamu apa?. Hahaha.
Dasar deden ndut” ku cubit kedua pipi adikku.
“Hahaha, ntar kamu abi beliin robot-robotan sendiri
aja. Jangan buat ummi nak” kata abi ketawa.
^_^
Jam menunjukkan pukul 23.30, aku, kak Icha dan Denis
mempersiapkan kue dan berbagai kejutan di ruang tengah. Abi mengendap-endap
kelaur kamar agar ummi tidak bangun.
“Udah siap?” bisik abi.
“Udah nih bi, 5 menit lagi kita bangunin ummi ya?
Bismillahirrahmanirrahim” kata kak Icha.
“Kak, aku laper. Aku minta kuenya” kata denis
merengek.
“Iya bentar lagi ya sayang” jawab kak icha.
Tak beberapa lama, kami masuk dan membangunkan umi.
Aku dan denis membunyikan terompetku, tepat pada pukul 00.00 WIB. aku meniup terompetku.
Indah sekali suasana itu, membuatku ingin kembali ke waktu itu.
Indah sekali suasana itu, membuatku ingin kembali ke waktu itu.
“Heh!! Ngelamun aja lu!” teriak kak Icha
menyadarkanku.
“Hah? I iya iya. Udah ah mau berangkat nih”
“Lo sama gue aja berangkatnya, satu sekolah juga”
“Ayo brangkat”
^_^
Hari ini adalah hari yang cukup panas, dan aku masih
terjaga didalam kelas. Semua murid telah pulang kerumah masing-masing, dan
hanya ada murid yang mengikuti eskul. Dalam pikiranku masih terbayang-bayang
apa yang harus aku lakukan untuk ummi?? Ku buka buku tulisku dan ku ambil
sepasang kertas pada buku tulisku. Ku tulis kata-kata indah untuk ummi. Tapi
berkali-kali aku ingin menulis, perasaanku kembali kacau.
“Danisa Aresta Nugraha!!!” teriak seorang cewek dari
balik pintu kelas.
“Apaaann???” kataku pada sesosok itu yang merupakan
teman sebangkuku. Rasti namanya, dia berbeda dari teman-temanku yang lain. Dia
lebih cenderung alim dan dewasa. Dia adalah wanita berjilbab, tapi rasti tidak
pernah menghindariku karna kenakalanku. Akupun tidak risih untuk berteman
ddan curhat engannya, terkadang jika aku melihat rasti, selalu muncul bayangan wajah ummi
dengan jilbabnya yang menutupi rambutnya.
“Ngapain kamu disitu sa?”
“Bingung gue”
“Bingung kenapa?” Tanya rasti cemas.
“Ummi ulang tahun bentar lagi. Dan gue harus
ngapain?”
“Kasih yang terbaik untuk ummimu sa. Memberi itu
tidak harus berupa barang, buat dia tersentuh. Kenapa harus bingung?”
“Gue udah nyoba sa, tapi gue keinget kejadian dulu ras. Iya kan???”
kata rasti memotong kata-kataku.
“Iya” tiba-tiba air mata jatuh tanpa kusadari.
“Udah sana pulang, sholatlah. Karna hanya sholatlah
ita bisa meminta dan berkeluh kesah. Aku pulang dulu ya? Jangan kelamaan
nungguin kelas. Hahaha, ntar ada yang jail lho. Hihihi. Assalamuallaikum” kata
rasti meninggalkan kelas.
^_^
Matahari
berkedip kepadaku seolah memberikan semangat untukku, dan kicauan burung pun
ikut terdengar menemani kebingunganku.
Aku berjalan menuju kamar, terlihat ummi yang sedang
sholat ashar di kamarnya. Tanpa kusadari, aku berjalan mendekati pintu untuk
melihat ummi mengaji. Dengan penuh deraian air mata beliau mengaji dan berdo’a.
Hatiku bergetar dan bulu kudukku berdiri, air mataku pun jatuh tanpa kusadari.
Aku berlari memasuki kamarku.
‘Tuhan, apa yang
telah aku lakukan? Dan apa yang harus aku lakukan? Aku memang tidak tahu diri.
Hukumlah aku atas kelakuanku ini. Sungguh menjijikkan sekali aku, anak seperti
apa aku ini?’
Ku ambil air wudhu dan ku coba untuk sholat. Agak
kaku memang, karna selama ini aku jarang menjalankan sholat, aku nggak pernah
berdo’a untuk ummi, aku nggak pernah mengaji dan aku tak pernah perduli dengan
ummi.
Aku terlelap dalam tidurku, dan ternyata hari telah
berlalu. Aku masih mengenakan mukenaku. Hari ini adalah hari minggu dan satu
minggu lagi adalah ulang tahun ummi. Aku berjalan meninggalkan rumah dan pergi
menuju taman kota. Aku lihat anak-anak bermain dengan ditemani kedua
orangtuanya, ada rasa iri dalam hati. Tapi ku coba menepis rasa itu. Tiba-tiba
perasaan yang dulu sering aku rasakan muncul, entah apa yang membuat hal itu
terjadi. Sesosok laki-laki berusia 40an datang menghampiriku bersama seorang
laki-laki remaja berumur 12 tahun. Dia memperhatikanku dengan senyumnya yang
sepertinya kukenal.
“Assalamuallaikum” katanya.
“Wa’alaikumsalam” jawabku kaku.
“Masihkah ingat saya?” tanyanya sembari duduk
disampingku bersama anak laki-laki itu.
“Sssaa sayyaa ..” tiba-tiba mulutku kaku, air mataku
tumpah. Dan dia memelukku dengan hangat, aku terisak.
“Kak Danisa” kata itu terdengar dari mulut lelaki remaja
itu.
“Dd ddenniss??” kataku lirih dengan penuh isak.
“Apa ini mimpi?” tanyaku ragu.
“Abi merindukanmu danisa” kata abi sedih.
“Aku juga” kata denis.
Tuhan, apa ini? Apa ini mimpi? Jangan bangunkan aku
tuhan, jika ini mimpi.
Pelukan hangat ini kembali terasa, sudah 7 tahun lamanya
aku tidak bertemu abi dan denis. Sungguh hari ini adalah hari yang aku tunggu
selama 7 tahun.
“Kenapa abi bisa ada disini?” tanyaku lagi.
“Selama 7 tahun abi hidup berdua dengan denis. Abi
ingin kembali seperti dulu. Abi ingin bersama kalian. Dan abi ingin mencoba
kembali seperti dulu.”
Tangisku kembali memecah, aku tak bisa berkata
apa-apa lagi kini.
Aku mengantar abi dan denis ke hotel mereka
menginap. Pulang dari sana, aku menceritakan ini semua pada kak icha, dan kak
ichapun ikut menangis. Keesokan harinya, kak icha bertemu dengan dennis dan
abi. Seharian penuh kami berempat berkumpul dan berjalan-jalan.
Malam ini aku tertidur dengan senyuman, karena besok
adalah hari yang aku tunggu-tunggu.
^_^
Aku terbangun, terbangun dari mimpiku. Ditemani oleh
sisa sinar bulan malam ini yang indah dan suara merdu jangkrik. Hari ini adalah
tanggal merah dan hari dimana kami akan berkumpul.
Segar sekali air ini, sesegar pikiran dan
perasaanku. Seusai mandi, aku menghampiri kak icha untuk membicarakan rencana
kami. Hari ini, kami berencana mengajak ummi ke pantai. Dan jam setengah enam
tepat kami berada di pantai.
“Ada apa nak? Kok tumben kalian berdua mengajak ummi
ke pantai?” Tanya ummi heran.
“Ada deh. Hahaha” kata kak icha tertawa.
“Assalamuallaikum” kata sesosok lelaki mendekati
kami. Ya, itu abi dan denis.
“Wa’alaikumsalam” balas ummi dengan heran. Terlihat
umi sangat kaget akan adanya abi. Ummi menangis dan memeluk denis yang kini
telah berumur 12 tahun. Denis juga ikut menangis.
Hari ini kami berlima berkumpul layanknya keluarga
utuh, kami berjalan-jalan. Dan pulangnya kami memasak bersama dan makan bersama
di taman belakang rumah. Sungguh senangnya melihat keharmonisan yang selama ini
hilang. Aku berbaring di pangkuan ummi, abi, kak icha dan denis sedang asyik
membakar jagung dan sate. Kami berlima mendirikan tenda, mengulang masa-masa waktu kami masih bersama. Umi membicarakan pertanyaan abi tadi siang, abi
melamar umi lagi dan umi bertanya kepadaku.
“Kenapa tidak mi? Apa salahnya umi mencoba kembali?
Apa umi tidak merindukan kita berkumpul kayak dulu??” kataku pada ummi.
“Ummi juga ingin nak, tapi ummi takut aku kejadian
dulu”
“Mmi, yang dulu biarlah berlalu, mungkin tuhan
berkehendak lain”
^_^
Hari demi hari berlalu dan tanggal 3 Mei menjadi
hari yang sangat istimewa. Hari ini abi dan ummi menikah lagi. Jam 10.00 WIB
ijab Kabul di laksanakan dengan penuh khikmad.
Semakin
dekat hari di mana ummi bertambah umur, aku, abi, denis dan kak icha pun telah
merencakan sesuatu.
^_^
Malam ini nafasku sesak, perasaanku entah bagaimana.
Kacau, ada perasaan takut dan tiba-tiba aku ingin melaksanakan sholat taubat.
Aku mengambil air wudhu dan bergegas melaksanakan sholat malam dan sholat
taubat. Aku
menangis memohon ampun kepada Allah .S.W.T. dan aku mengucapkan syukur yang
tidak terhingga karena Allah telah melimpahkan kebahagian kepada keluargaku.
Selesai sholat, aku berkumpul bersama untuk memberi
kejutan kepada ummi.
Detak jantungku kembali tak teratur dan nafasku juga
mulai sesak. Aku berusaha menahan perasaanku yang kacau ini, dan kejutan
berjalan dengan sukses.
^_^
Bu Nugraha menutupsebuah buku yang telah ia baca
milik anaknya. Ia kembali terisak dan menjerit memanggil nama anaknya. Ia
teringat malam ulang tahunnya.
^_^
Terlihat keharmonisan di antara keluaga itu. Malam
ini malam terindah yang dirasakan oleh danisa dan keluarganya. Danisa berlutut
dan meminta maaf kepada ummi. Disaat abi, icha dan denis sedang mempersiapkan
makan untuk berpesta. Di pangkuannya, danisa menangis dan memohon ampun kepada
sang ibu.
“Ummi, maafkan danisa. Danisa memang anak yang
bodoh, danisa telah durhaka kepada ummi. Danisa minta maaf dan selamat ulang
tahun ummi” kata danisa menangis sembari memeluk dan mencium pipi ibundanya.
“Ummi maafkan nak, ummi ikhlas. Ummi juga minta maaf
ya? “ kata sang ibu dengan penuh isak.
“Jji jika danisa nggak ada, ummi akan baa baik-baik
saja kan?” kata danisa yang terlihat mulai lemah dan sesak nafas. Terasa
perasaan aneh muncul dalam hati ummi. Timbul firasat di dalam hatinya.
Wanita itu segera memanggil suami dan kedua anaknya.
Mereka berkumpul dan terlihat danisa tidur dipangkuan ibunya. Tak beberapa lama
tangisan memecah keheningan malam yang dingin.
^_^
Bu nugraha kembali membuka buku harian itu, terdapat
foto dan lukisan keluarga yang diinginkan oleh danisa. Bu Nugraha mebaca kata
demi kata yang ada dalam buku itu.
“Buat Ummi, cinta pertamaku yg hakiki!
Selepas cinta yg terutama - Ar-Rahman .. pemilik hati ini,
Selepas kekasih - Muhammad ar-Rasul al-Mustafa ..pemimpin jalan hidup ini,
Selepas cinta yg terutama - Ar-Rahman .. pemilik hati ini,
Selepas kekasih - Muhammad ar-Rasul al-Mustafa ..pemimpin jalan hidup ini,
bicara ini …
Ummi ...
ada terlalu banyak hari dalam hayat ini ...
yang dalamnya ingin aku dekapi ummi,
ingin ku kucup dahimu dan kedua pipimu,
ingin aku tutur kata kecintaan ku yg teramat di hati,
dan ingin aku buktikan kebenaran kata & rasa cinta
ini,
selalu ... padamu yg sungguh aku kasihi!
namun Ummi,
begitu banyak hari dalam hidup ini ...
cintaku tak terlahir seperti yg diingini,
tiada dakapan, tiada kucupan,
cukup sukar untuk aku menuturkan ...
"Aku Cinta UMMI"
ya ...
"Aku Cinta UMMI"
dengan pasti, terlalu pasti!
dan aku pasti jua kecintaanmu padaku,
dari pengorbanan dan hari-hari hidupmu bersamaku ...
‘Selamat Ulang Tahun Ummi’ semoga Allah selalu melindungimu. Dan ada kata terakhir yang belum pernah aku katakan “AKU CINTA UMMI”’
Ummi ...
ada terlalu banyak hari dalam hayat ini ...
yang dalamnya ingin aku dekapi ummi,
ingin ku kucup dahimu dan kedua pipimu,
ingin aku tutur kata kecintaan ku yg teramat di hati,
dan ingin aku buktikan kebenaran kata & rasa cinta
ini,
selalu ... padamu yg sungguh aku kasihi!
namun Ummi,
begitu banyak hari dalam hidup ini ...
cintaku tak terlahir seperti yg diingini,
tiada dakapan, tiada kucupan,
cukup sukar untuk aku menuturkan ...
"Aku Cinta UMMI"
ya ...
"Aku Cinta UMMI"
dengan pasti, terlalu pasti!
dan aku pasti jua kecintaanmu padaku,
dari pengorbanan dan hari-hari hidupmu bersamaku ...
‘Selamat Ulang Tahun Ummi’ semoga Allah selalu melindungimu. Dan ada kata terakhir yang belum pernah aku katakan “AKU CINTA UMMI”’
Bu
Nugraha memeluk buku harian kecil itu dengan rasa sedih yang amat sangat. Hanya
doa-doa yang bisa ia panjatkan untuk sang buah hati yang kini pergi.
(ditulis 07 Mei 2011, puisi ngopast dikit di google karna kepepet tugas harus dikumpulin besoknya *curcol*)
0 komentar:
Posting Komentar