Minggu, 11 November 2012

Kata Cinta Untuk Umi


Ku berjalan dengan gontai tanpa arah dan tujuan, pikiranku melayang entah kemana. Dan akhirnya semua terlihat gelap dan aku tak tahu apa yang terjadi.
Aku kembali membuka mataku, terlihat dengan samar sesosok wanita paruh baya membelai kepalaku.
“Danisa, kamu udah sadar?” kataNya dengan lembut.
“Ummiii ...” teriakku penuh isak.
“Iya, ummi nyariin kamu kemana-mana.” Kata Ummi dengan khawatir.
Aku tak bisa lagi berkata apa-apa, aku hanya bisa menangis terisak di pelukan ummi. Teringat kejadian kemarin yang membuatku sangat terpukul.
“Ummi tahu perasaanmu nak, tapi ini sudah merupakan takdir.”
“Tap tapii, kenapaa harus cerai sih?” tanyaku penuh isak.
“Suatu saat, kamu pasti akan tahu, dan tuhan memberikan apapun untuk kebaikan umatnya."
Teringat kejadian itu dikepalaku, semua yang terjadi dalam hidupku. Marah, sedih, kecewa tidak terhingga ketika hal itu teringat lagi. Sudah sekian tahun lamanya, aku tidak bertemu dengan abi dan denis lagi. Dan itu semua karna ummi, kenapa dulu ummi meninggalkan abi dan denis? Kenapa ummi hanya diam dan pergi membawaku dan kak Icha pindah? Aku sangat membenci ummi. Sekarang aku hidup bersama ummi di kota malang yang hampa ini. Tak ada lagi nasehat abi yang sering beliau berikan, tak ada lagi canda dan tawa yang sering ku lakukan bersama denis, adikku satu-satunya dan aku kangen sekali dengan keakraban kami berlima.
‘Arggghhh, ngapain aku mikirin ini lagi? Bikin pusing aja’ pikirku dalam hati.
Ku tinggalkan buku harianku di atas meja dan pergi keluar kamar.
“Sa, mau kemana kamu?” kata kak icha memberhentikan langkahku.
“Mau pergi” jawabku sebal.
“Yyee, di tanyain baik-baik malah judes. Jangan maen, tadi ummi pesen kita suruh dirumah sa.”
“Whatever”
Aku berlari meninggalkan kak icha yang teriak-teriak memanggilku, kini aku sudah tidak perduli dengan rumah. Berada dirumah hanya membuatku tambah frustasi.
Ku ambil kunci motorku dan menuju ke rumah Rasti sahabatku. Sesampainya disana, terlihat Yola, Fandi, Rezky dan Rasti sedang asyik mengobrol.
“Woiyy,, baru dateng lu?” Tanya Fandi sembari menghisap rokoknya.
“Iya, pusing dirumah” jawabku dengan malas.
“Eh sa, gue jadi tindik lidah nih.” Sambung Yola sembari memamerkan tindik barunya.
“Gila lo, kalo ketahuan guru gimana yol?” kebiasaan buruk teman-temanku adalah mentato, merokok dan menindik anggota tubuh mereka. Aku tahu ummi melarangku untuk berteman dengan mereka, tapi aku tidak perduli. Aku malas mendengar kata-kata ummi lagi.
“Ah, biarin sa. Gue nggak perduli, kalo di .D.O. juga gue siap kok!” kata yola lantang.
“Hahaha, minta rokok nggak sa?” Tanya Risky yang dari tadi sibuk ngerokok.
Tiba-tiba, terdengar bunyi handphoneku bordering. Terlihat ummi memanggil. Dengan malas, ku angkat telpon dari ummi.
“Yaaa????” tanyaku malas
“Assalamuallaikum danisa” sapa uumi lembut.
“Apa??”
“Kamu kemana sayang? Ummi kan bilang jangan main.”
“Arghh, males aku dirumah yang membosankan itu!”
“Udah ayo pulang,, kak icha ngajak jalan-jalan. Kamu ikut ya?”
“Ogah, udah sih mi. Kalo mau jalan-jalan sama kak icha aja!”
“Ayo nak, pulang. Ummi nggak suka kamu maen sama mereka”
“Nggak mau ya nggak mau!” kataku segera menutup telpon dari umi. Berkali-kali ummi menelpon lagi, tapi aku tidak menggubrisnya.
Terlihat jam menunjukkan pukul 21.00, aku mengendap-endap menuju kamar. Ada uumi dan kak icha duduk di kursi kamarku.
“Sa, kamu dari mana sih?? Jam segini baru pulang! Nggak kasihan ummi apa?” Tanya kak icha marah.
“Menurut lo, dari mana???” kataku santai.
“Nggak sopan ya kamu tuh!!”
“Udah udah,. Danisa!! Kamu dari mana aja kamu?” Tanya ummi.
“Maen sama yola”
“Kenapa kamu nggak pernah nurutin ummi sih? Mereka itu bukan teman yang baik buat kamu sa. Ummi nggak suka kamu main sama mereka” kata ummi dengan suara yang agak serak.
“Ahh, terserah apa kata ummi!” kataku agak membentak. Sejujurnya aku tak tega, aku tahu aku sudah keterlaluan. Tapi, sakit hatiku nggak bisa terpungkiri.
                        ^_^
Pagi yang cerah, seperti biasa aku mengawali hariku untuk sekolah. Dengan cepat aku mempersiapkan diri untuk sekolah. Terlihat ummi sedang mempersiapkan sarapan dimeja makan.
“Sa, gue mau ngomong” teriak kak Icha yang sedang menggambil tas sekolahnya.
“Ngomong apaan?” tanyaku cuek.
“Udah, sini bentar kenapa sih?”
“Iye iye” kataku menghampiri kak Icha di kamarnya.
“2 minggu lagi ummi ulang tahun, kasih kejutan buat ummi.”
“Oh” aku tahu, tanggal 5 Mei memang hari ulang tahun ummi. Aku ingin sekali memberikan hadiah buat ummi, tapi aku malu. Aku malu sama kelakuanku. Ummi dan kak Icha bilang, semenjak pindah sifat dan sikapku berubah total. Ya memang benar, aku terlalu kecewa dan frustasi. Aku ingin kayak dulu lagi, tapi menurutku itu mustahil. Aku capek dengan hidupku saat ini, hampa. Nggak ada lagi abi, nggak ada lagi denis dan keharmonisan keluarga. Aku teringat akan kejadian sebelum ummi dan abi bercerai.
Sabtu, 4 Mei 2001.
Aku berjalan menuju gerbang sekolah, melihat kanan dan kiri memastikan abi menjemputku. Dan tak beberapa lama sedan warne hitam berplat nomor AB sudah didepan mata.
“Ayo masuk mbak” kata Denis adik lelakiku yang berumur 5 tahun.
“Iya den den” kataku sembari masuk ke dalam mobil.
“Abi,  kita mau kemana?” tanyaku pada abi.
“Mau jemput kak icha dulu terus kita beli kado buat ummi” kta abi tersenyum.
“Oh iya ya, besok kan ummi ulang tahun bi. Beli kue tart aja bi, sama beli kerudung”
“Iya ntar kita lihat-lihat dulu ya?”
“Bi, beli robot-robotan buat ummi aja. Ntar kan aku bisa pinjem sekalian.” Sambung denis dengan lugu.
“Itu mah kamu den, emang ummi kamu apa?. Hahaha. Dasar deden ndut” ku cubit kedua pipi adikku.
“Hahaha, ntar kamu abi beliin robot-robotan sendiri aja. Jangan buat ummi nak” kata abi ketawa.
                        ^_^
Jam menunjukkan pukul 23.30, aku, kak Icha dan Denis mempersiapkan kue dan berbagai kejutan di ruang tengah. Abi mengendap-endap kelaur kamar agar ummi tidak bangun.
“Udah siap?” bisik abi.
“Udah nih bi, 5 menit lagi kita bangunin ummi ya? Bismillahirrahmanirrahim” kata kak Icha.
“Kak, aku laper. Aku minta kuenya” kata denis merengek.
“Iya bentar lagi ya sayang” jawab kak icha.
Tak beberapa lama, kami masuk dan membangunkan umi. Aku dan denis membunyikan terompetku, tepat pada pukul 00.00 WIB. aku meniup terompetku. 
Indah sekali suasana itu, membuatku ingin kembali ke waktu itu.
“Heh!! Ngelamun aja lu!” teriak kak Icha menyadarkanku.
“Hah? I iya iya. Udah ah mau berangkat nih”
“Lo sama gue aja berangkatnya, satu sekolah juga”
“Ayo brangkat”
                        ^_^
Hari ini adalah hari yang cukup panas, dan aku masih terjaga didalam kelas. Semua murid telah pulang kerumah masing-masing, dan hanya ada murid yang mengikuti eskul. Dalam pikiranku masih terbayang-bayang apa yang harus aku lakukan untuk ummi?? Ku buka buku tulisku dan ku ambil sepasang kertas pada buku tulisku. Ku tulis kata-kata indah untuk ummi. Tapi berkali-kali aku ingin menulis, perasaanku kembali kacau.
“Danisa Aresta Nugraha!!!” teriak seorang cewek dari balik pintu kelas.
“Apaaann???” kataku pada sesosok itu yang merupakan teman sebangkuku. Rasti namanya, dia berbeda dari teman-temanku yang lain. Dia lebih cenderung alim dan dewasa. Dia adalah wanita berjilbab, tapi rasti tidak pernah menghindariku karna kenakalanku. Akupun tidak risih untuk berteman ddan curhat engannya, terkadang jika aku melihat rasti, selalu muncul bayangan wajah ummi dengan jilbabnya yang menutupi rambutnya.
“Ngapain kamu disitu sa?”
“Bingung gue”
“Bingung kenapa?” Tanya rasti cemas.
“Ummi ulang tahun bentar lagi. Dan gue harus ngapain?”
“Kasih yang terbaik untuk ummimu sa. Memberi itu tidak harus berupa barang, buat dia tersentuh. Kenapa harus bingung?”
“Gue udah nyoba sa, tapi gue keinget kejadian dulu ras. Iya kan???” kata rasti memotong kata-kataku.
“Iya” tiba-tiba air mata jatuh tanpa kusadari.
“Udah sana pulang, sholatlah. Karna hanya sholatlah ita bisa meminta dan berkeluh kesah. Aku pulang dulu ya? Jangan kelamaan nungguin kelas. Hahaha, ntar ada yang jail lho. Hihihi. Assalamuallaikum” kata rasti meninggalkan kelas.
                   ^_^
 Matahari berkedip kepadaku seolah memberikan semangat untukku, dan kicauan burung pun ikut terdengar menemani kebingunganku.
Aku berjalan menuju kamar, terlihat ummi yang sedang sholat ashar di kamarnya. Tanpa kusadari, aku berjalan mendekati pintu untuk melihat ummi mengaji. Dengan penuh deraian air mata beliau mengaji dan berdo’a. Hatiku bergetar dan bulu kudukku berdiri, air mataku pun jatuh tanpa kusadari. Aku berlari memasuki kamarku.
‘Tuhan, apa yang telah aku lakukan? Dan apa yang harus aku lakukan? Aku memang tidak tahu diri. Hukumlah aku atas kelakuanku ini. Sungguh menjijikkan sekali aku, anak seperti apa aku ini?’
Ku ambil air wudhu dan ku coba untuk sholat. Agak kaku memang, karna selama ini aku jarang menjalankan sholat, aku nggak pernah berdo’a untuk ummi, aku nggak pernah mengaji dan aku tak pernah perduli dengan ummi.
Aku terlelap dalam tidurku, dan ternyata hari telah berlalu. Aku masih mengenakan mukenaku. Hari ini adalah hari minggu dan satu minggu lagi adalah ulang tahun ummi. Aku berjalan meninggalkan rumah dan pergi menuju taman kota. Aku lihat anak-anak bermain dengan ditemani kedua orangtuanya, ada rasa iri dalam hati. Tapi ku coba menepis rasa itu. Tiba-tiba perasaan yang dulu sering aku rasakan muncul, entah apa yang membuat hal itu terjadi. Sesosok laki-laki berusia 40an datang menghampiriku bersama seorang laki-laki remaja berumur 12 tahun. Dia memperhatikanku dengan senyumnya yang sepertinya kukenal.
“Assalamuallaikum” katanya.
“Wa’alaikumsalam” jawabku kaku.
“Masihkah ingat saya?” tanyanya sembari duduk disampingku bersama anak laki-laki itu.
“Sssaa sayyaa ..” tiba-tiba mulutku kaku, air mataku tumpah. Dan dia memelukku dengan hangat, aku terisak.
“Kak Danisa” kata itu terdengar dari mulut lelaki remaja itu.
“Dd ddenniss??” kataku lirih dengan penuh isak.
“Apa ini mimpi?” tanyaku ragu.
“Abi merindukanmu danisa” kata abi sedih.
“Aku juga” kata denis.
Tuhan, apa ini? Apa ini mimpi? Jangan bangunkan aku tuhan, jika ini mimpi.
Pelukan hangat ini kembali terasa, sudah 7 tahun lamanya aku tidak bertemu abi dan denis. Sungguh hari ini adalah hari yang aku tunggu selama 7 tahun.
“Kenapa abi bisa ada disini?” tanyaku lagi.
“Selama 7 tahun abi hidup berdua dengan denis. Abi ingin kembali seperti dulu. Abi ingin bersama kalian. Dan abi ingin mencoba kembali seperti dulu.”
Tangisku kembali memecah, aku tak bisa berkata apa-apa lagi kini.
Aku mengantar abi dan denis ke hotel mereka menginap. Pulang dari sana, aku menceritakan ini semua pada kak icha, dan kak ichapun ikut menangis. Keesokan harinya, kak icha bertemu dengan dennis dan abi. Seharian penuh kami berempat berkumpul dan berjalan-jalan.
Malam ini aku tertidur dengan senyuman, karena besok adalah hari yang aku tunggu-tunggu.
                   ^_^
Aku terbangun, terbangun dari mimpiku. Ditemani oleh sisa sinar bulan malam ini yang indah dan suara merdu jangkrik. Hari ini adalah tanggal merah dan hari dimana kami akan berkumpul.
Segar sekali air ini, sesegar pikiran dan perasaanku. Seusai mandi, aku menghampiri kak icha untuk membicarakan rencana kami. Hari ini, kami berencana mengajak ummi ke pantai. Dan jam setengah enam tepat kami berada di pantai.
“Ada apa nak? Kok tumben kalian berdua mengajak ummi ke pantai?” Tanya ummi heran.
“Ada deh. Hahaha” kata kak icha tertawa.
“Assalamuallaikum” kata sesosok lelaki mendekati kami. Ya, itu abi dan denis.
“Wa’alaikumsalam” balas ummi dengan heran. Terlihat umi sangat kaget akan adanya abi. Ummi menangis dan memeluk denis yang kini telah berumur 12 tahun. Denis juga ikut menangis.
Hari ini kami berlima berkumpul layanknya keluarga utuh, kami berjalan-jalan. Dan pulangnya kami memasak bersama dan makan bersama di taman belakang rumah. Sungguh senangnya melihat keharmonisan yang selama ini hilang. Aku berbaring di pangkuan ummi, abi, kak icha dan denis sedang asyik membakar jagung dan sate. Kami berlima mendirikan tenda, mengulang masa-masa waktu kami masih bersama. Umi membicarakan pertanyaan abi tadi siang, abi melamar umi lagi dan umi bertanya kepadaku.
“Kenapa tidak mi? Apa salahnya umi mencoba kembali? Apa umi tidak merindukan kita berkumpul kayak dulu??” kataku pada ummi.
“Ummi juga ingin nak, tapi ummi takut aku kejadian dulu”
“Mmi, yang dulu biarlah berlalu, mungkin tuhan berkehendak lain”
                   ^_^
Hari demi hari berlalu dan tanggal 3 Mei menjadi hari yang sangat istimewa. Hari ini abi dan ummi menikah lagi. Jam 10.00 WIB ijab Kabul di laksanakan dengan penuh khikmad.
  Semakin dekat hari di mana ummi bertambah umur, aku, abi, denis dan kak icha pun telah merencakan sesuatu.
                   ^_^
Malam ini nafasku sesak, perasaanku entah bagaimana. Kacau, ada perasaan takut dan tiba-tiba aku ingin melaksanakan sholat taubat. Aku mengambil air wudhu dan bergegas melaksanakan sholat malam dan sholat taubat.  Aku menangis memohon ampun kepada Allah .S.W.T. dan aku mengucapkan syukur yang tidak terhingga karena Allah telah melimpahkan kebahagian kepada keluargaku.
Selesai sholat, aku berkumpul bersama untuk memberi kejutan kepada ummi.
Detak jantungku kembali tak teratur dan nafasku juga mulai sesak. Aku berusaha menahan perasaanku yang kacau ini, dan kejutan berjalan dengan sukses.
                   ^_^
Bu Nugraha menutupsebuah buku yang telah ia baca milik anaknya. Ia kembali terisak dan menjerit memanggil nama anaknya. Ia teringat malam ulang tahunnya.
                   ^_^
Terlihat keharmonisan di antara keluaga itu. Malam ini malam terindah yang dirasakan oleh danisa dan keluarganya. Danisa berlutut dan meminta maaf kepada ummi. Disaat abi, icha dan denis sedang mempersiapkan makan untuk berpesta. Di pangkuannya, danisa menangis dan memohon ampun kepada sang ibu.
“Ummi, maafkan danisa. Danisa memang anak yang bodoh, danisa telah durhaka kepada ummi. Danisa minta maaf dan selamat ulang tahun ummi” kata danisa menangis sembari memeluk dan mencium pipi ibundanya.
“Ummi maafkan nak, ummi ikhlas. Ummi juga minta maaf ya? “ kata sang ibu dengan penuh isak.
“Jji jika danisa nggak ada, ummi akan baa baik-baik saja kan?” kata danisa yang terlihat mulai lemah dan sesak nafas. Terasa perasaan aneh muncul dalam hati ummi. Timbul firasat di dalam hatinya.
Wanita itu segera memanggil suami dan kedua anaknya. Mereka berkumpul dan terlihat danisa tidur dipangkuan ibunya. Tak beberapa lama tangisan memecah keheningan malam yang dingin.
                   ^_^
Bu nugraha kembali membuka buku harian itu, terdapat foto dan lukisan keluarga yang diinginkan oleh danisa. Bu Nugraha mebaca kata demi kata yang ada dalam buku itu.
Buat Ummi, cinta pertamaku yg hakiki!
Selepas cinta yg terutama - Ar-Rahman .. pemilik hati ini,
Selepas kekasih - Muhammad ar-Rasul al-Mustafa ..pemimpin jalan hidup ini,
bicara ini …
Ummi ...
ada terlalu banyak hari dalam hayat ini ...
yang dalamnya ingin aku dekapi ummi,
ingin ku kucup dahimu dan kedua pipimu,
ingin aku tutur kata kecintaan ku yg teramat di hati,
dan ingin aku buktikan kebenaran kata & rasa cinta
ini,
selalu ... padamu yg sungguh aku kasihi!
namun Ummi,
begitu banyak hari dalam hidup ini ...
cintaku tak terlahir seperti yg diingini,
tiada dakapan, tiada kucupan,
cukup sukar untuk aku menuturkan ...
"Aku Cinta UMMI"
ya ...
"Aku Cinta UMMI"
dengan pasti, terlalu pasti!
dan aku pasti jua kecintaanmu padaku,
dari pengorbanan dan hari-hari hidupmu bersamaku ...
‘Selamat Ulang Tahun Ummi’ semoga Allah selalu melindungimu. Dan ada kata terakhir yang belum pernah aku katakan “AKU CINTA UMMI”’
     Bu Nugraha memeluk buku harian kecil itu dengan rasa sedih yang amat sangat. Hanya doa-doa yang bisa ia panjatkan untuk sang buah hati yang kini pergi.

(ditulis 07 ‎Mei ‎2011, ‏‎puisi ngopast dikit di google karna kepepet tugas harus dikumpulin besoknya *curcol*)

0 komentar:

Posting Komentar